Powered By Blogger

Selasa, 06 Desember 2011

True story from semarang

Bos copas lagi nih, cerita yang bisa di jadiin pengalaman dan renungan kita, cekidot guys :

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar
meninggalkan anak-anak
Diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja.
Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
Sendirian IA di rumah Dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk
bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
Ataupun memetik bunga Dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu Hari dia melihat sebatang paku karat. Dan IA pun mencoret lantai
tempat Mobil ayahnya
Diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan
tidak
kelihatan.
Dicobanya lagi pada Mobil baru ayahnya. Ya... Karena Mobil itu bewarna
gelap,
Maka coretannya tampak jelas.
Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah Dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari
macet.
Setelah sebelah kanan Mobil sudah penuh coretan maka IA beralih ke sebelah
kiri Mobil.
Dibuatnya gambar ibu Dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing
Dan lain
Sebagainya mengikut imaginasinya.
Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat Mobil
yang
baru setahun
Dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya.
si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
"Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan
itu berlari keluar.
Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah
bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan '
Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang Hari,
Apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya

Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh..
Cantik ... Kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti
biasa..
si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil
Dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak
tangan
anaknya.
Is anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus
ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, is ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui Dan merasa puas
dengan hukuman
Yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa...
si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan Dan kemudian ganti
tangan kiri
anaknya.
Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
menggendong
Anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan Dan belakang tangan is anak kecil
luka2 Dan berdarah.
Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air,
Dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat
luka2nya itu
Terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.
si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak.
Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak
si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang
menghabiskan
waktu
Di kamar pembantu. si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya.
Tiga Hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si
ibu juga begitu,
Meski setiap Hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab
pembantunya
Ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya.
Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup
lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk Hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu
badan Dita terlalu panas.
"Sore nanti Kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata
majikannya itu

Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Dokter mengarahkan agar IA dibawa ke rumah sakit karena keadaannya
sudah serius.
Setelah beberapa Hari di rawat inap dokter memanggil bapak Dan ibu
anak itu.

"Tidak Ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua
tangan anak itu
Dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah Dan infeksi akut...
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya
harus dipotong
Dari siku ke bawah" kata dokter itu. Is bapak Dan ibu bagaikan terkena
halilintar mendengar
Kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan
lagi.

si ibu meraung merangkul is anak. Dengan berat hati Dan lelehan air
Mata isterinya,
si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis,
si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya
berbalut kasa putih.
Ditatapnya muka ayah Dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah.
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan
menahan sakit,
si anak bersuara dalam lina ngan air Mata. "Ayah.. Ibu... Dita tidak
akan melakukannya lagi....
Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang
ayah..
Sayang ibu.",
Katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu
rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak
akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain
nanti?
...
Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.
Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia
dapat
menahannya.
Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan
hidupnya tanpa kedua
tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus
dipotong meski
sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran
bathin

sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan
wafat diiringi tangis
penyesalannya yg tak bertepi...,
Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb
tetap hidup tegar
bahkan sangat sayang dan selalu merindukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar